ads header

Monday, February 3, 2020

Pelajaran dari Pak Tjutjup

1

SELAMAT JALAN: Tjutjup Suparna bersama istri saat menghadiri wisuda sang putri di Australia pada 2001.

KABAR pagi hari ini, Selasa (04/02/2020) begitu menyentak. Mantan Wali Kota Balikpapan H. Tjutjup Suparna berpulang ke rahmatullah. Pukul 02.30 di RS Kanudjoso Djatiwibowo, Balikpapan. Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengunggah kabar duka berpulangnya Tjutjup Suparna di akun media sosialnya pagi tadi. Rizal sempat menjenguk almarhum sewaktu masa perawatan. Di foto itu, dengan selang infus melekat di tangan, Tjutjup yang didampingi istri berfoto bersama Rizal dalam posisi berdiri. 

Saya meyakini foto Tjutjup dalam posisi berdiri itu karena kemauan beliau. Sebagai pensiunan tentara, Tjutjup ingin memperlihatkan bahwa dia masih kuat dan baik-baik saja. Dari kolega yang sempat menjenguk saat masa perawatan, saya mendapat informasi bahwa almarhum meninggal akibat komplikasi jantung.

GURU LEADERSHIP: Tjutjup Suparna dan istri di Australia pada 2001.

Sabtu (01/02/2020), di meja café Balikpapan Creative Center, Gedung Parkir Klandasan, saya dan tim juri calon Duta K3 memperbincangkan Pak Tjutjup Suparna. Dr Halidina bertanya tentang kabar beliau sekarang ini. Foto-foto wali kota dan wakil wali kota Balikpapan dari pertama hingga sekarang terpajang di dinding.

Saya mengenal mendiang di pengujung jabatan beliau sebagai Wali Kota Balikpapan periode 1996-2001. Kedekatan karena faktor kesukuan sebagai perantau dari Jawa Barat. Komunikasi dengan beliau tetap terjalin hingga sekarang. Biasanya, menjelang HUT Kota Balikpapan yang jatuh pada Februari ini, saya selalu menyempatkan bersilaturahmi ke rumah beliau di Perumahan Balikpapan Baru.

Ada yang membuat saya cukup terkejut saat berbincang dengan beliau di kediamannya. Tjutjup sempat mengutarakan keinginannya untuk menjual rumah yang ditinggalinya itu. Tjutjup seolah merasa kesepian menempati rumah besar itu. Maklum, rumah yang terletak di tepi jalan Balikpapan Baru itu hanya ditinggali bersama sang istri. “Ini serius, siapa bilang main-main,” ucapnya kala itu kepada saya.


KEHILANGAN: Wali Kota Rizal Effendi bersama Tjutjup Suparna (kanan) pada Februari 2018.

Februari 2018 lalu, saya bersama Pak Rizal Effendi, Kabag Humas Sutadi, dan staf humas Pemkot Balikpapan ingin menggali informasi lebih dalam dari beliau tentang latar belakang lahirnya moto Balikpapan Kubangun, Kujaga, Kubela.

Berbicara dengan Pak Tjutjup yang berlatar belakang militer, ketegasan, kedisiplinan, dan kejujuran tetap diperlihatkan. Tjutjup selalu terlihat segar bugar. Tahun 2018 lalu, usianya menapak 73 tahun. Karena kebugaran tubuhnya yang selalu terjaga, pensiunan TNI AD berpangkat kolonel itu sering mendapat pertanyaan tentang resep bugar di usia senja.

Kepada Pak Tjutjup, saya bertanya tentang BDS: Bugar di Usia Senja. Tapi tak hanya itu, juga bertanya tentang kehidupan, kepemimpinan, dan semangat membangun kota ini. Saya masih menyimpan daftar pertanyaan dan jawaban beliau.

Apa kabar? 
Alhamdulillah, kabar baik. Seperti yang Anda lihat. 

Kembali ke tema lama, soal resep bugar. Bisa diceritakan?
Banyak orang bertanya-tanya apa resepnya. Ada ramuan khusus tidak? Sebenarnya tidak ada sama sekali. Hanya saja, saya rajin menjaga kesehatan. Banyak minum air putih. Tidak ada pantangan, semua saya makan. Apa yang disediakan istri, saya pasti melahapnya. Yang penting menjaga pola hidup sehat. Pola makan nutrisinya dijaga dan rajin berolahraga. Selain itu juga harus selalu bersyukur.

Andai diberi umur 1.000 tahun lagi, apa yang akan Bapak perbuat? 
Kalau saya bisa hidup 1.000 tahun lagi, untuk Balikpapan saya ingin mempertahankan apa yang sudah ada. Semaksimal mungkin ditingkatkan. Terutama masalah kesejahteraan masyarakat, juga soal performance kota. Visi-misi dari kepemimpinan sekarang dan yang akan datang itu sudah bagus, yakni menjadikan kota nyaman huni. Meski banyak kritik tentang pelayanan publik, itu tidak masalah. Semua berproses dan masih digarap. Tidak semudah menggosok lampu aladin. Menerapkan kedisiplinan ke semua orang itu penting. Sedangkan patuh dan taat pasti sudah mencakup di dalamnya.
Saya kira mimpi Kota Balikpapan untuk bisa seperti Singapura bukan hal mustahil. Pasti bisa. Bergantung pada kesungguhan orang-orang yang menjalankannya. Eksekutif dan legislatif harus kompak. Karena tujuannya untuk menyejahterakan rakyat. Pers juga harus berperan, juga pengusaha. Semuanya harus bekerja sama.

Hakikat hidup dan kehidupan menurut Bapak?
Menurut saya hidup dan kehidupan ini harus disyukuri. Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas semua pemberiannya, sekecil apapun itu. Hidup harus diikuti seperti air mengalir. Jangan yang sulit dimudahkan, yang mudah disulitkan. Biasa saja, saya yakin semua orang bisa. 

Kebahagiaan dan kesedihan selalu mewarnai perjalanan hidup setiap orang. Bagaimana dengan perjalanan hidup Bapak? 
Kata orang kebahagiaan tidak mesti harus diukur dengan materi. Saya rasa itu benar. Kesejahteraan itu relatif. Anda bertanya perjalanan hidup saya, antara kebahagiaan dan kesedihan, saya rasa hampir sama. Artinya begini, menjadi orang itu jangan mau menyia-nyiakan hidup. Harus benar-benar dimanfaatkan semaksimal mungkin. Misalnya saya, setelah tidak lagi menjadi wali kota, saya lebih banyak aktif di kegiatan sosial, dan saya bahagia. Saya lebih banyak memberikan masukan-masukan yang positif. Terkait itu dipakai atau tidak, ya tidak masalah. Tidak boleh sakit hati, kalau mereka masih menghargai masukan saya, ya Alhamdulillah. Jadi orang itu harus legawa, itu mutlak. Fasilitas-fasilitas wali kota sudah ditarik, sudah nggak punya lagi. Tinggal fasilitas dari Tuhan saja, 'kan gitu.

Sebagai Wali Kota Balikpapan dua periode, begitu banyak pihak mengapresiasi kepemimpinan bapak. Bapak dinilai sebagai konseptor Balikpapan.
Sebenarnya di era kepemimpinan saya (1991-2001), saya hanya bertindak sebagai manager, bukan bos. Kalau manager menurut pemahaman saya adalah seseorang yang mampu memanfaatkan potensi lingkungan di sekitarnya. Nah, seperti saya waktu itu, di sekeliling saya ada para staf ahli ekonomi, pemerintahan, hukum, sejarah, budaya. Mereka dimanfaatkan untuk bekerja sama. Kalau saya saat itu tidak memanfaatkannya alangkah ruginya. Mungkin saya bisa babak belur. Misalkan saya tidak tahu soal BBM lalu ingin tahu, saya tinggal undang Pertamina. Ketika saya ingin tahu soal pertanian, saya panggil Kepala Dinas Pertanian. Menjalin hubungan baik dengan investor itu juga penting. Satu-satunya putra daerah Kaltim yang mau investasi di daerahnya sendiri adalah Yos Sutomo, pemilik Hotel Gran Senyiur dan Bumi Senyiur. Dulu di daerah Gran Senyiur belum ada hotel-hotel lain berdiri. Kemudian muncul ide menjadi kota destinasi pariwisata. Jadi memang sengaja mau menarik wisatawan maupun investor datang ke Balikpapan. Di mana-mana kalau mendarat pasti kan di ibu kota provinsi. Tapi yang membahagiakan ini, kalau orang mau masuk Kaltim pasti turunnya di Balikpapan. Inilah yang menjadi senjata bagi saya untuk mengekspose Balikpapan. Mengajak seluruh staf dan masyarakat untuk memperbaiki kota. Harus bekerja sama, enggak mungkin saya sendiri. 

Publik kerap menuntut pemimpin melakukan gebrakan dalam memecahkan permasalahan. Menurut kacamata Bapak, kepemimpinan konstekstual seperti apa yang dibutuhkan oleh Balikpapan saat ini?
Kemauan publik itu sebenarnya menginginkan kepemimpinan yang tidak banyak omong, harus aplikatif. Kalau mau bicara terobosan, dari dulu sudah ada, hanya tidak dibingkai. Mohon maaf, saya ini dulu orangnya tidak pernah diam. Selalu mengunjungi RS-RS atau meresmikan sesuatu karena ini penting. Komunikasi dengan semuanya, tidak pilih-pilih. Lalu mengajak staf untuk berdialog. Komunikasi antara pemerintahan dengan rakyat juga harus dilakukan. Era kepemimpinan sekarang harusnya sudah diterapkan. Itu mutlak. Walaupun saat ini zamannya sudah era digital, face to face harus dilakukan. Balikpapan itu orangnya berkelompok. Masyarakatnya tidak mungkin main-main dengan pimpinan kota. Bertemu dengan rakyat itu wajib, apalagi bagi seorang pimpinan kota. Waktu itu diri kita sendiri yang mengatur, bukan seseorang itu yang diatur oleh waktu. Contoh kecilnya saja, Anda bisa merasakan kalau memosisikan diri sebagai masyarakat. Misalkan mengundang wali kota, segala sesuatu sudah dipersiapkan tapi wali kota tidak datang. Kecewa atau tidak? Itu hal kecil tapi nilainya besar. Kalau itu tidak dilakukan jangan harap akan dihormati rakyat. Dihormati itu bukan dijunjung, diagung-agungkan. Bertatap muka dengan masyarakat, tidak ada ruginya malah untung, tidak akan hilang wibawa.

Howard Gardner---penulis buku Five Minds for the Future (Lima Pemikiran untuk Masa Depan) mengklaim bahwa dunia kita makin bergantung kepada para pimpinan dan manajer yang punya kedisiplinan pemikiran, pikiran kreatif, pikiran yang penuh respek, dan pikiran etik. Apakah Bapak memiliki daftar pendek pemimpin di Kaltim yang mampu merefleksikan lima pemikiran Howard Gardner tersebut?
Saya rasa semua pemimpin di Kaltim itu baik semua ya. Tidak ada catatan atau daftar pendek. Semua memiliki kelebihan dan kekurangan, semuanya baik. 

Entropi budaya cenderung memberi label birokrasi berperilaku mengungkung, penuh kekakuan, dan jalur komunikasinya tersumbat. Apakah spirit good governance telah membawa perubahan terhadap mental birokrat dalam melayani publik?
Selama saya menjadi birokrat, Good Governance (GCG) menjadi acuan kami dalam bekerja bersama staf.

Seringkali publik menuntut agar pemimpin “berlari kencang” dalam menyelesaikan persoalan. Namun “bangunan” birokrasi belum didesain untuk berlari kencang. Menurut bapak, apakah sandera birokrasi ini menjadi persoalan utamanya atau pada pemimpinnya? 
Menurut pemahaman saya antara pemimpin dengan staf dan bawahan harus menjadi satu kesatuan yang utuh. Sehebat apapun pemimpin tanpa dukungan staf dan bawahan, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Peran pimpinan selalu menegakkan prinsip-prinsip managemen, termasuk kedisiplinan salah satunya.

Di antara ratusan label keberhasilan yang diraih Balikpapan, kota ini juga memiliki label sebagai kota mahal. Menurut Bapak, faktor apa yang menyebabkan kemahalan di kota Balikpapan?
Menurut saya kemungkinan masih adanya beberapa keperluan masyarakat yang masih harus didatangkan dari luar Balikpapan. Sekarang sudah mendingan dengan transportasi lancar dan banyak, sehingga masyarakat masih bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Jawaban yang akurat mungkin bisa dari seorang ekonom ya.

Pesan dan harapan Bapak untuk pemimpin kota kita?
Harapan saya jadilah pemimpin yang amanah, tidak membeda-bedakan asal-usul masyarakatnya. Dan berikan bukti nyata bukan hanya teori dan janji. Hilangkan sekat-sekat yang mungkin menghambat dengan cara sering dialog atau tatap muka, dengarkan aspirasi masyarakat. Selalu menegakkan kebenaran, kejujuran keadilan, kasih sayang dan bersikap bijaksana dalam segala hal. Perlakukan siapapun dan hormati dengan tidak melihat status dan pekerjaan seseorang. Sekecil apapun mereka, tetap mereka punya harga diri yang harus kita hormati. 

Selamat jalan Pak Tjutjup. Tinta sejarah kepemimpinan dan kebaikan-kebaikan Bapak akan selalu dikenang. (*)

Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

1 comment:

Bambang Herlandi said...

Innalillahi wa innaillaihi rojiun
Allahumagfirlahu warhamhu wa afihi wa'fuanhu
Insya Alloh Bapak H. Tjutjup Suparna husnul khotimah

Aamiin