ads header

Thursday, September 19, 2019

Sawit yang Konon Boros Air

0
KOMODITAS ANDALAN: Seorang pekerja pada salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kaltim memanen buah sawit. Foto: Fuad Muhammad.

Sajian infografis pada akun instagram sawitbaik.id menarik perhatian saya. Menjelaskan bahwa jauh sebelum kebun sawit berkembang, Coster (1938) telah meneliti kebutuhan air untuk berbagai tanaman. Pada akhirnya, penelitian yang dilakukan oleh Coster itu menemukan fakta bahwa tanaman sawit yang selama ini dituduh rakus air, ternyata jauh lebih hemat dibandingkan tanaman lainnya.

Sedikitnya, saya pernah dibekali ilmu konservasi tanah dan air saat studi di Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Pernah pula meneliti neraca air pada dua tegakan (tanaman kehutanan, Red.) yang berbeda. Masa itu, tanaman kelapa sawit belum menjadi komoditas andalan seperti sekarang. Penelitian tentang aliran permukaan dan erosi di Pulau Jawa yang dilakukan oleh Coster luput dari pustaka saya. 

Tentu penelitian Coster menjadi sangat menarik. Penelitian ini telah membukakan mata publik secara akademis. Siapa menduga, tanaman bambu yang selama ini dianggap sebagai tanaman hemat air, ternyata justru sangat boros penggunaan air (3.000 mm per tahun). Kemudian disusul lamtoro (3.000 mm per tahun), akasia (2.400 mm per tahun), sengon (2.300 mm per tahun), pinus (1.300 mm per tahun), karet (1.300 mm per tahun), sementara sawit (1.104 mm per tahun). 

Benar. Penelitian Coster memang sudah sangat lama dilakukan. Inilah yang dipersoalkan netizen. Mempermasalahkan penelitian Coster yang dianggap telah usang. Tidak up to date lagi. Saya jadi teringat apa yang dikatakan dosen konservasi tanah dan air saat masih kuliah. Namanya Prof DR Ir Muhammad Ruslan MS. Beliau mengatakan bahwa ilmu-ilmu kehutanan dan pertanian bisa dikatakan ilmu yang sangat tua. Karenanya, buku-buku tua tentang kehutanan dan pertanian masih menjadi daftar acuan penelitian. Hingga sekarang ini. 

Nah, agar anggapan bahwa perusahaan berbasis kelapa sawit banyak memiliki andil dalam pemborosan air termentahkan secara akademis, dan up to date dari aspek waktu, ada baiknya kita me-review pendapat DR Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, MSc.Agr. Dwi Putro adalah dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB). Dwi Putro telah menjawab dua pertanyaan besar tentang neraca air tanaman sawit. 

Pertanyaan pertama, apakah benar kelapa sawit adalah tanaman yang rakus air sehingga dapat menyebabkan menurunnya suplai air? Secara logika, untuk melihat apakah tanaman rakus air atau tidak, tentu dengan melihat seberapa banyak air dibutuhkan oleh suatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara normal. Inilah yang disebut sebagai kebutuhan air konsumptif tanaman. Demikian penjelasan Dwi Putro.

Pertanyaan kedua, apakah tanaman kelapa sawit merupakan golongan tanaman dengan nilai evapotranspirasi tinggi? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa nilai evapotranspirasi tanaman kelapa sawit berkisar antara 1100 – 1700 mm/tahun. Hal ini membuktikan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa ilmuwan Tanah Air hasilnya tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Coster (1938). 

Pasaribu, et al., (2012) melalui penelitian selama 3 tahun di PPKS sub unit Kalianta Kabun Riau mendapatkan bahwa evapotranspirasi di perkebunan kelapa sawit rata-rata 1.104,5 mm/tahun. 


Tarigan (2011) mendapatkan bahwa nilai evapotranspirasi kelapa sawit yang di tanam di lahan gambut di Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah selama 3 bulan (Juli-September) adalah sekitar 386 mm. 

Taufik dan Siswoyo (2013) melaporkan evapotranspirasi yang terjadi di Perkebunan Kelapa Sawit Sub DAS Landak Kapuas sebesar 4.39 mm/hari atau setara dengan 1580 mm/tahun. 

Sementara Harahap dan Darmosarkoro (1999), mendapatkan bahwa kelapa sawit memerlukan air 1.500-1.700 mm per tahun untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan dan produksinya. 

Kesimpulannya, tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang “tidak rakus air” dibandingkan dengan tanaman lain lebih nyata jika tolok ukur yang digunakan adalah efisiensi penggunaan air.

Jika sejumlah akademisi telah memiliki kesimpulan yang nyaris seragam bahwa tanaman sawit tidak boros air, apakah kita masih meragukannya. Saya mempercayai kebenarannya dan menghargai kerja-kerja ilmiah akademisi. Tidak ada lagi keraguan, bahwa tanaman sawit tidak boros air. (*)

DISCLAIMER 
Tulisan ini diikutsertakan dalam SawitBaik Blog Writing Competition.

source: 
sawitbaik.id
faperta.ipb.ac.id
Author Image
AboutAdmin

Menulis untuk berbagi. Terima kasih sudah membaca

No comments: